faktor kemunduran 3 kerajaan islam
Thursday, February 7, 2019
Add Comment
faktor kemunduran 3 kerajaan islam
BAB I
A. PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui, sejarah Islam
telah melalui tiga periode yaitu periode klasik (650-1250), periode pertengahan
(1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang). Pada periode klasik, Islam
mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya
wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antar wilayah Islam, serta adanya
kemajuan di bidang sains.
Pada abad pertengahan, Islam mengalami
kemunduran yang ditandai dengan terpecahnya kerajaan Islam menjadi beberapa
kerajaan antara lain:
a.
Kerajaan Usmani di
Turki,
b.
Kerajaan Safawi di
Persia, dan
c.
Kerajaan Mughal di
India.
Kemunculan tiga kerajaan Islam ini banyak
memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kerajaan Usmani meraih
puncak kejayaannya dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566
M). Kerajaan Safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan
dalam 40 tahun periode kepemerintahannya (1588-1628 M). Dan Kerajaan Mughal
meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M). Seperti takdir yang
telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran
bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan
tersebut.
Setelah pemerintahan yang gilang gemilang
dibawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan mengalami fase
kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan cepat.
Kemunduran-kemunduran ini tentu sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan
peradaban Islam secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya tentang bagaimana
sejarah berdiri, perkembangan, kemajuan, kemunduran, serta kehancuran dari tiga
kerajaan ini, akan dikupas secara lebih mendalam pada pembahasan selanjutnya.
Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol,
tercabik-cabik dalam beberapa Kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling
memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur
akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di
situ. Timur Lenk, sebagai mana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat
kekuasaan islam yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat
Kerajaan
1.
Kerajaan Safawi di
Persia
Kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan
tarekat di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat
Safawiyah, di dirikan pda waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya
kerajaan usmani[1][1]. Nama Safawiyah diambil dari nama
pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama safawi itu rerus dipertahankan
sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu dilestarikan
setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.
Safi Al-Din berasal dari keturunan orang
yang berbeda dan memilih sufi sebaga jalan hidupnya. Ia keturunan dari iman
syi’ah yang ke enam. Musa Al-Kazim. Gurunya bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim
Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Din diambil menantu
oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia
menggantikan guru dan sekaligus meertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut
torekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf
Safawiyah bertujuan memerangi oran-orang ingkar.
2.
Kerajaan Mughal di
India
Kerajaan mughal berdiri seperempat abad
sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam
tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan mughal bukanlah kerajaan Islam
pertama anak benua India. Awal kekuasaan islam di wilayah india terjadi pada
masa kalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayah, penaklukan wilayah ini
dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.
Kerajaan Mughal atau Mogul di India
diasaskan oleh Babur pada tahun 1526, apabila dia mengalahkan Ibrahim Lodi,
sultan terakhir dalam kesultanan Delhi dalam Pertempuran pertama Panipat.
Kebanyakannya telah ditawan oleh Sher Shah semasa pemerintahan Humayun, tetapi
di bawah Akbar, ia berkembang dengan lebih luas, dan terus berkembang sehingga
akhir pemerintahan Aurangzeb.
Selepas kemangkatan Aurangzeb pada tahun
1707, kerajaan Mughal semakin lemah, walaupun ia kekal sebagai kuasa memerintah
di benua India selama 150 tahun berikutnya. Dalam tahun 1739 ia dikalahkan oleh
tentera Persia di bawah pemerintahan Nadir Shah. Pada tahun 1756 tentera Ahmad
Shah merompak Delhi sekali lagi. Kekalahan terakhir ditangan Empire British
pada tahun 1857, walaupun ia telahpun menjadi gelaran kehormatan sahaja, tanpa
kuasa pemerintahan sebenar.
3.
Kerajaan Usmani.
Nama kerajaan Turki Usmani diambil
dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu
Sauji Ibnu Orthogol Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala kabilah Kab di Asia
tengah[2][2]. Setelah Ertoghrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan
oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrol inilah yang dianggap sebagai pendiri
kerajaan Usmani. Turki Usmani berkuasa pada abad ke-13 sampai abad ke-20.[3][3]
Di bawah pimpinan Erthogrul, mereka
mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang
berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendapat
kemenangan. Berkat jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia
kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah
barunya dengan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M.
Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrul inilah yang
dianggap pendiri Kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326
M. Sebagaimana ayahnya ia banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan
keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan
kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang Kerajaan Saljuk dan
sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapa Kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh
atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai
Padisyah Al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak
demi setapak wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada
tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota Kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan
(726 H/ 1326 M-761 H/ 1359 M) Kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir
(Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M),
dan Gallipoli (1356 M) daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali
di duduki Kerajaan Usmani.
B.
KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)
1.
Kemunduran dan
Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi
berturut-turut Diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abas
II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II
(1722-1732 M), dan abas III (1733-1736) pada masa raja-raja tersebut kerajaan
safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru
memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Sebab-sebab kemunduran Kerajaan Safawi,
antara lain:
a.
Para Pemimpin yang
lemah.
Safi Mirza, cucu abbas I, adalah seorang
pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap oleh abbas I segera menurun. Kota
Qondahar (sekarang termasuk wilayah afganistan ) lepas dari kekuasaan kerajaan
safawi, diduduki oleh kerajaan mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah
Jehan, sementara baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
b.
Para Pemimpin suka
minum-minuman keras.
Abbas II adalah raja yang suka
minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian,
dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali.
Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam
terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh
terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti sulaiman
ini meberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan
pendapatnya terhadapa penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan
golongan sunni Afhganistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri
kekuasaan dinasti Safawi.
c.
adanya dekadensi
moral yang melanda sebagian pemimpin. Hal ini juga turut mempercepat proses
kehancuran kerajaan Safawi.
d.
konflik yang
berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang beraliran Syi’ah. karena pasukan
ghulam (pasukan budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat
perang yang tinggi seperti Qizilbash.
e.
adanya konflik
internal kerajaan, dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga
istana.
2.
Kemunduran dan
Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti mughal
berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup
mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada
abad ke 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuatan politiknya
mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat jpusat menjadi ajang perebutan,
gerakan separatis Hindu semakin lama semakin mengancam. Sememntara itu pedagang
inggris untuk pertamakalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India,
dengan didukung oleh kekutan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap
pemerintah pusat memang sudah muncul tapi dapat diatasi. Pemberontakan ini
bermula dari tindakan aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran
Puritanisme-nya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata ia lemah dan tidak
mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Ada beberapa faktor juga yang menyebabkan
kekuasaan dinasti mughal mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa
kepada kehancuran pada tahun 1858M, yaitu :
a.
Kemerosotan moral
dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam
penggunaan uang negara.
b.
Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga
konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
c.
Semua pewaris tahta
kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
d.
Terjadi stagnasi
dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah
pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
3.
Kemunduran Kerajaan
Usmani
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (
1566 M) kerajaan turki usmani mulai mengalami fase kemundurannya. Akan tetapi,
sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak
langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573
M). Dimasa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan
usmani dengan armada laut Bundukia , angkatan sri paus, dan sebagian kapal para
pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari sepanyol. Pertempuran ini, Turki
usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh.
Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III pada tahun 1575 M tunisia
dapat direbut kembali.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan
Usmani itu mengalami kemundruan, diantaran adalah :
a.
Wilayah kekuasaan
yang sangat luas. Administrasi pemerintahan yang sangat luas wilayahnya sangat
rumit dan kompleks, sementara administrasi kerajaan Usmani tidak beres.
b.
Heterogenitas
penduduk. Dengan luasnya wilayah secara otomatis terdapat perbedaan bangsa dan
agama dari berbagai wilayah. Oleh karena itu, perbedaan bangsa dan agama sering
kali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
c.
Kelemahan para
penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan Usmani dipimpin oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinannya,
akibatnya pemerintah menjadi kacau dan tidak kondusif.
d.
Budaya pungli atau
kalau penulis boleh katakan dengan istilah “korupsi sudah membudaya”. Setiap
jabatan yang hendak diraih seseorang, maka harus “dibayar” dengan sogokan
kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
e.
Pemberontakan
tentara Jenissari. Jernissari adalah tentara kerajaan Usmani yang bertugas
dalam ekspansi militer dalam memperluas wilayahnya. Akan tetapi, tentara
Jenissari sendiri melakukan pemberontakan. Bahkan pemberontakan dilakukan
sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826.
f.
Merosotnya ekonomi.
Hal ini dikarenakan perang yang tak pernah berhenti, sehingga anggaran
digunakan untuk kepentingan perang, sedangkan pendapatan berkurang dan belanja
negara banyak.
g.
Terjadinya stagnasi
dalam lapangan ilmu dan teknologi. Hal ini dikarenakan kerajaan Usmani kurang
berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, dan hanya mementingkan
pengembangan kekuatan militer.
Demikian beberapa faktor kemunduran atau
kehancuran kerajaan Usmani, yang pada waktu bersamaan pula, menjadi awal dari
kekuatan-kekuatan Eropa untuk menduduki wilayah-wilayah yang pernah diduduki
oleh kerajaan Usmani.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian singkat tentang kemunduran tiga
kerajaan besar islam (Usmani, Mughal dan Syafawi) di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa, tiga kerajaan tersebut merupakan kerajaan islam terbesar,
karena dalam waktu kurun yang panjang setelah Bani Abbas mengalami keruntuhan
dengan ditandainya jatuhnya kota Baghdad ke tangan bangsa Nongol pada tahun
1258 M, setelah itu umat islam mengalami kemunduran. Umat islam bangkit kembali
dengan adanya kerajaan Usmani yang mendiami daerah Nongol dan daerah utara
Cina, kemudaian kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Akan tetapi, dalam perjalanannya ketiga
kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Hal yang paling urgen penyebab
kemunduran ketiga kerajaan tersebut antara lain adalah :
a.
Adanya dekadensi
moral yang melanda para pemimpin
b.
Semua pewaris tahta
kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
c.
Adanya tradisi
korupsi
d.
Perebutan kekuasaan
e.
Dan terjadinya
stagnasi militer.
B.
Kritik dan saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Dan kami sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap saran dan kritik dari pembaca
budiman, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban
Islam. Pustaka Setia: Semarang. 2008.
Fatah Syukur. Sejarah Peradaban
Islam. Pustaka Rizqi Putra: Semarang 2009.
Mubarok, Dr. H. Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1995
0 Response to "faktor kemunduran 3 kerajaan islam "
Post a Comment