makalah talak iddah dan rujuk
Thursday, February 7, 2019
Add Comment
makalah talak iddah dan rujuk
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam pandangan islam. Pernikahan
juga merupakan suatu dasar yang penting dalam memelihara kemashlahatan umum.
Kalau tidak ada pernikahan, maka manusia akan memperturutkan hawa nafsunya,
yang pada gilirannya dapat menimbulkan bencana dalam masyarakat.
Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan) melangsungkan pernikahan
dan membangun rumah tangga dengan tujuan untuk memperoleh kebahagian atau
dikenal dengan istilah membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warahma. Akan
tetapi, pada kenyataannya tidak semua rumah tangga yang terbentuk melalui
pernikahan dilimpahi kebahagiaan. Kadang ada saja masalah yang menimbulkan
perselisihan yang dapat berujung pada perceraian.
Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala hal tentang
kehidupan, termasuk pernikahan, perceraian (talak), rujuk, idah, dan
sebagainya. Talak dapat dilaksanakan dalam keadaan yang sangat membutuhkan, dan
tidak ada jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini antara lain dibolehkan
apabila suami istri sudajh tidak dapat melakukan kewajiban masing-masing sesuai
dengan ketentuan agama, seingga tujuan rumah tangga yang pokok yaitu mencapai
kehidupan rumah tangga yang tenang dan bahagia sudah tidak tercapai lagi.
Apalagi kalau rumah tangga itu dapat mengakibatkan penderitaan-penderitaan dan
perpecajhan antara suami istri tersebut, maka dalam keadaan demikian perceraian
dapat dilaksanakan, yaitu sebagai jalan keluar bagi segala penderitaan bailk
yang menimpa suami atau istri.
Namun demikian, bagi wanita yang dicerai oleh suaminya, baik vcerai biasa
atau cerai mati (ditinggal mati), tidakl boleh langsung menikah lagi dengan
laki-laki lain, melainkan ia harus menunggu untuk sementara waktu lebih dahulu.
Masa menunggu bagi wanita yang bercerai itu disebut iddah. Diadakan masa iddah
itu dimaksudkan untuk mengetahui apakah selama masa iddah itu wanita tersebut
hamil atau tidak, dan jika ternyata hamil maka anak tersebut masih sebagai anak
dari suami yang pertama. Selain itu, iddah dimaksudkan sebagai masa untuk
‘berpikir ulang’ bagi suami istri untuk menetukan kelanjutan hubungan mereka.
Jika ternyata dalam masa iddah itu, suami istri menyesali perceraian mereka,
mereka bias rujuk atau kembali ke ikatan pernikahan mereka yang lama.
Aturan-aturan tentang talak, iddah, dan rujuk telah diatur dengan lengkap dalam
agama islam.
Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
Bagaimana hakikat talak?
Bagaimana hakikat iddah?
Bagaimana hakikat rujuk?
BAB II
PEMBAHASAN
TALAK, IDDAH DAN RUJU.
Talak
Pengertian Talak
Talak terambil dari kata “Ithlaq” yang menurut bahasa artinya melepaskan
atau meninggalkan. Menurut istilah syara’ talak yaitu melepaskan perkawinan
dan mengakhiri hubungan suami istri.
Talak adalah perceraian melepaskan ikatan nikah dari pihak suami
dengan mengucapkan lafadz yang tertentu, misalnya suami berkata terhadap
istrinya: “ Engkau telah ku talak” dengan ucapan ini ikatan nikah itu telah
menjadi lepas, artinya suami istri telah menjadi bercerai.
Jadi, talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga telah
hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya, dan ini
terjadi dalam hal talak ba’in. sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan
perkawinan ialah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua , dari
dua menjadi satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu, yaitu terjadi dalam
talak raj’i.
Rukun talak
Rukun talak ada tiga, yaitu:
Suami yang mentalak; dengan syarat baligh berakal dan kehendak sendiri.
Istri yang ditalak.
Ucapan yang digunakan untuk mentalak.
Macam-macam Talak
Secara garis besar ditinjau dari boleh atau tidaknya rujuk kembali, talak
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Talak raj’i
Talak bain
Dari dua macam talak tersebut, kemudian bisa dilihat dari beberapa segi,
antara lain:
Dari segi masa idah, ada tiga, yaitu:
Idah haid atau suci
Idah karena hamil
Idah dengan bulan
Dari segi keadaan suami, ada dua:
Talak mati
Talak hidup
Dari segi proses atau prosedur terjadinya, ada tiga:
Talak langsung oleh suami
Talak tidak langsung, lewat hakim (Pengadilan Agama)
Talak lewat hakamain
Dari segi baik tidaknya, ada dua:
Talak Sunni
Talak bid’iy
Talak Raj’i
Talak raj’i adalah talak dimana suami masih mempunyai hak untuk merujuk
kembali istrinya, setelah talak itu dijatuhkan dengan lafal-lafal tertentu dan
istri benar-benar sudah digauli. Sebagai mana Firman Allah SWT :
…….
“ Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah…….” (QS.
Albaqarah: [2]: 229)
Oleh karenanya manakala istri telah dicerai dua kali kemudian dirujuk atau
dinikahi setelah selesai masa idahnya sebaiknya ia tidak diceraikan lagi. Pada
hakikatnya talak yang lebih dari dua kali itu tidak dilarang oleh Allah SWT,
tetapi yang dilarang adalah rujuknya kembali setelah itu. Sebanyak-banyaknya
talak adalah 3 kali dan sekurang-kuranya talak adalah 1 kali.
Ditinjau dari segi ucapan talak dan lafaznya, talak terbagi menjadi dua
yaitu:
Talak dengan terang-terangan
Talak dengan sindiran.
Ditinjau dari segi sifat syariatnya, talak menjadi dua:
Talak sunni
Talak sunni yaitu talak yang terjadi sesuai ketentuan agama, yaitu seorang
suami mentalak istrinya yang telah dicampurinya dengan sekali talak dimasa
bersih dan belum ia sentuh kembali dimasa bersihnya.
Dikatakan talak sunni mempunyai tiga syarat:
Istri yang ditalak sudah pernah dikumpuli
Istri dapat segera melakukan idah suci.
Talak kitu dijatuhkan ketika istrri dalam keadaan suci. Dalam masa suci itu
suami tidak pernah mengumpulinya.
Talak Bad’i
Talak bad’i ialah talak yang dijatuhkan pada waktu dan jumlah yang
tidak tepat. talak bad’i talak yang dilakukan bukan menurut petunjuk syariah,
baik mengenai waktunya baik cara-caramenjatuhkannya. Ulama sepakat bahwa talak
bad’i, dari segi jumlah talak ialah sekaligus, mereka juga sepakat bahwa talak
bad’i itu haram dan melakukannya dosa.
Talak Bad’i antara lain:
Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu istri tersebut haid.
Talak yang dijatuhkan yerhadap istri pada waktu istri dalam keadaan suci
tetapi sudah pernah dikumpuli suaminya ketika dia dalam keadaan suci tersebut.
Firman Allah SWT :
……………
“ Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu
ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)…..”
(QS. At-Talaq: 1).
Ditinjau dari segi waktu kejadian telak terbagi dua yaitu:
Talak Munajjas (kontan)
Talak majjas adalah talak yang tidak duigantungkan kepada syarat dan tidak
pula disandarkan kepada suatu masa yang akan datang, umpamanya: suami berkata
kepada istrinya, “engkau aku talak.”
Talak Mua’llaq
Talak mua’llak ialah talak dijatuhnya disandarkan pada suatu masa yang akan
datang. Umpamanya: suami berkata kepada istrinya, “engkau tertalak besok.”
Talak Bain
Talak baain adalah talak yang suami tidak boleh rujuk kembali kepada bekas
istrinya, melainkaan mesti dengan akad baru.
Talak bain terbagi menjadi 2 bagian:
Talak sughra
Talak sughra ialah talak yang menghilangkan hak-hak rujuk dari bekas
suaminya, tetapi tidak menghilangkan hak nikah baru kepada istri bekas istrinya
itu.
Yang termasuk dalam talak bain sughra ialah:
Talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang belum terjadi dukhul
(setubuh)
Khulu’
Talak Bain Kubra
Talak bain kubra adalah talak yang mengakibatkan hilangnya hak rujuk kepada
bekas istri.
Yang termasuk dalam talak bain kubra ialah:
Talak tiga
Hukum Talak Dalam Islam
Stabilitas rumah tangga dan kontinuitas kehidupan suami istri adal tujuan
utama adanya perkawinan dan hal ini sangat diperhataikan oleh syariat islam.
Meskipun suami oleh hukum islam diberi menjatuhkan talak, namun tidak
dibenarkan suami menggunakan haknya itu dengan gegabah dan sesuka hati, apalagi
hanya menurutkan hawa nafsunya untuk mentalak.
Talak hukumnya wajib
Jika perbalahan suami isteri tidak dapat didamaikan lagi.
Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat
untuk perdamaian rumahtangga mereka.
Apabila pihak kadi berpendapat bahawa talak adalah lebih baik.
Jika tidak diceraikan keadaan sedemikian, maka berdosalah suami
Talak hukumnya Haram
Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas.
Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi.
Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada
menuntut harta pusakanya.
Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekali gus atau talak satu tetapi
disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih.
Talak hukumnya sunnah
Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya.
Isterinya tidak menjaga maruah dirinya.
Talak hukumnya makruh
Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia dan
mempunyai pengetahuan agama.
Talak hukumnya harus
Suami yang lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid atau
telah putus haidnya.
Iddah
Pengertian iddah
Menurut bahasa, kata iddah berasal dari kata ’adad (bilangan dan ihshaak
(perhitungan), seorang wanita yang menghitung dan menjumlah hari dan masa haidh
atau masa suci.
Menurut istilah, kata iddah ialah sebutan/nama bagi suatu masa di mana
seorang wanita menanti/menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati
oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya,
atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah
ditentukan.
Macam-macam Masa iddah
Masa iddah ini terbagi atas 4 macam, yaitu:
Iddah masa kehamilan, yaitu waktunya sampai masa kelahiran kandungan yang
dikarenakan thalaq ba’in (perceraian yang mengakibatkan tidak kembali kepada
suaminya) atau talaq raj’i (perceraian yang dapat kembali kepada suaminya)
dalam keadaan hidup atau wafat. Firman Alloh ‘azza wa jalla:
…………. ……………
“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka adalah sampai
mereka melahirkan.” (QS. Ath-Thalaq: 4)
Iddah muthlaqah (masa perceraian), yaitu masa iddah yang terhitung masa
haidh, maka wanita menunggu tiga quru’ (masa suci), sebagaimana firman Alloh
‘azza wa jalla:
………………..
“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru’.” (QS. Al-Baqarah: 228)
Yaitu 3 kali masa haidh.
Perempuan yang tidak terkena haidh, yakni ada dua jenis perempuan yaitu
perempuan usia dini yang tidak/belum terkena haidh dan perempuan usia tua yang
telah berhenti masa haidhnya (menopause), seperti dijelaskan Alloh ‘azza wa
jalla tentang masa iddah dua jenis perempuan ini:
……………….
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haidh lagi (menopause) di antara
perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah
mereka adalah tiga bulan dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak
haidh.” (QS. At-Thalaq: 4)
Istri yang ditinggal suaminya karena wafat, Alloh menjelaskan masa iddahnya
sebagai berikut:
……….
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat
bulan sepuluh hari.” (QS. Al-Baqarah: 234)
Perempuan dalam masa iddah
Perempuan yang ta’at dalam’iddah raj’iyyah berhak menerima dari bekas
suaminya, tempat tinggal, pakaian dan segala belanja, kecuali istri durhaka,
yang tidak ta’at kepada bekas suaminya.
Firman allah dalam Al-Quran :
…….
“tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu “
Perempuan yang dalam iddahnya yang tidak dapat ruju’, kalau ia mengandung,
berhak menerima kediaman, nafkah dan pakaian, selama masa iddahnya. Kalau iya
tidak mengandung, hanya berhak menerima makanan dan pakaian.
Yang dalam iddah wafat mereka tidak mempunyai hak sama sekali meskipun ia
mengandung, karena ia dan anak dalam kandungannya telah mendapat hak pusaka
dari suaminya.
Ruju’
Pengertian Ruju
Ruju ialah suami kembali kepada istrinya yang telah dicerai ( bukan talak
ba’in ), yang masih dalam masa iddah kepada nikah asal yang sebelum diceraikan
dalam waktu tertentu.
Suami meruju kepada istrinya selama masa iddah yang boleh di ruju.
Rukun Ruju
Suami yang meruju’.
Istri yang di ruju’.
Ucapan yang menyatakan ruju’ (shighat)
Saksi .
Menurut Al-Quran dalam surah ath-thalaq ayat 2, bahwa saksi dalam Ruju itu
diperlukan sebagaimana dinyatakan :
………
“apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka
dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu
karena Allah”.
Menurut sebagian ulama berpendapat
bahwa ruju itu tidak perlu dengan saksi. Alasan mereka berdasarkan firman allah
SWT berikut:
………….
“ dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu”
SYARAT-SYARAT RUJU‘
Suami:
Hendaklah seorang yang berakal.
Baligh.
Dengan kehendak dan kerelaan sendiri bukan paksaan daripada sesiapa.
Tidak murtad.
Isteri:
Hendaklah yang sudah dicampuri.
Mestilah yang diceraikan dengan talaq raj‘iyy. Bukan dengan perceraian
secara fasakh, khul‘ dan juga talaq tiga.
Hendaklah ditentukan orangnya jika suami berkahwin lebih daripada satu dan
telah menceraikan beberapa orang isterinya.
Hendaklah tidak dihadkan kepada sesuatu masa dan waktu. Tidak sah ruju‘
dalam masa yang tertentu sahaja.
Tidak bergantung kepada sesuatu syarat. Ruju‘ disyari‘atkan adalah
bertujuan untuk membolehkan suami isteri yang telah bercerai dengan talaq
raj‘iyy meneruskan kembali ikatan perkahwinan mereka yang telah terputus dengan
syarat isteri masih lagi dalam ‘iddah. Tetapi perlu diingat bahawa ruju‘
hendaklah dengan tujuan untuk berdamai bukan kerana ingin menyakiti, menganiaya
isteri dan sebagainya.
Hukum Rujuk
Wajib apabila Suami yang menceraikan salah seorang isteri-isterinya dan dia
belum menyempurnakan pembahagian giliran terhadap isteri yang diceraikan itu.
Haram Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan kepada
isteri tersebut.
Makruh Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.
Makruh Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.
Sunat Sekiranya mendatangkan kebaikan.
Syarat-syarat sah kawin semula selepas talak tiga ialah:
selesai iddah dari suami pertama.
bekas isteri berkawin dengan lelaki lain.
suami kedua sudah melakukan persetubuhan dengannya.
bercerai dengan suami kedua, fasakh, atau mati (habis iddah)
Setelah tamat iddahnya, suami pertama boleh kembali bekas isterinya itu
dengan akad nikah yang baru mengikut syarat-syarat dan rukun-rukun nikah yang
ditetapkan
Rujuk secara bengurau dianggap sah walaupun dilakukan secara main-main dan
tanpa saksi.
Hikmat rujuk
Dapat menyambung semula hubungan suami isteri untuk kepentingan
kerukunan numah tangga.
Membolehkan seseorang berusaha untuk rujuk meskipun telah berlaku
perceraian.
Dapat menimbulkan kesadaran untuk lebih bertanggungjawab dalam soal
rumahtangga.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami dengan mengucapkan lafaz
tertentu, misalnya suami mengatakan kepada isterinya; “saya thalak engkau”,
dengan ucapan tersebut lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah perceraian.
Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh, karena talak merupakan perbuatan
yang halal tetapi paling tidak disukai oleh Allah SWT
Iddah berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu bagi perempuan dan
tidak boleh untuk menikah setelah wafat suaminya atau berpisah denganya.
Dikalangan para ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan pengertian
iddah. Menurut ulama Hanafiah, iddah berarti saat-saat tertentu menurut syara’
untuk menyelesaikan hal-hal yang terkait dengan perkawinan. dengan kata lain
saat menunggu bagi wanita ketika berpalingnya perkawinan atau yang serupa.
Sedangkan menurut ulama jumhur, Iddah berarti saat menunggu bagi perempuan
(istri) untuk mengetahui kekosongan rahimnya, atau untuk beribadah, atau
keadaan bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya, yang berakhir.
Rujuk dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi istilah hukum syarak
rujuk bermaksud mengembalikan perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang
daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat tertentu.
Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini bisa dijadikan salah satu referensi
sebagai suatu pengetahuan kepada pembaca sekalian utamanya penyusun, semoga
dengan adanya makalah ini bias member manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Al-Ghazali. 2010. Fiqih munakahat. Jakarta: Kencana
Abdullah Yusup daghfaq. 1991. Wanita Berpisahlah ke Rumah Tangga.
Jakarta: Gema Insan Press
Abu Bakr, Taqiy Al-Din, bin Muhammad. Kifayatul Akhyar. Damaskus. Tth, Juz
2
Djamaan NU. 1993. Fiqih Munakahat. Semarang: Dina Utama (Toha Putra
Grup)
H.M.A Tihami, dan Sobari Sahrani. 2010. Fikih Munakahat. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Moh Rifa’i. 1978. Fikih Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Sidi Gazlab. 1975. Menghadapi soal-soal perkawinan. Jakarta: Pustaka
Antara
Slamet Abidin, dan Aminnudin. 1999. Fikih Munakahat. Bandung: CV Pustaka
Setia
Yusuf Abdullah. 1991. Daghlaq, Wanita Berpisah Kerumah Tangga. Jakarta:
Gema Insan Press
Zakiah Drajat. 1885. Ilmu Fikih. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf
http://deltapapa.wordpress.com/2008/04/15/talak-dan-cerai/
http://newrupa.blogspot.com/2011/02/pengertian-iddah.html
0 Response to "makalah talak iddah dan rujuk "
Post a Comment