Makalah Tentang Iddah
Thursday, February 7, 2019
Add Comment
Pengertian Iddah
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Iddah memang sudah ada sejak pada zaman jahiliyah,
Syari’ah islam menetapkan adanya iddah maka dari itu iddah tetap di akui dan di
jalankan oleh mereka.
Di dunia ini tidak mungkin lepas dari masalah,
terutama masalah idda. Oleh karena itu kita sebagai kaum hawa yang muslimah
harus faham betul apa itu iddah. Maka harus menjunjung tinggi akan nilai-nilai
yang terkandung dalam iddah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Iddah
?
2. Ada berapa Macam-macam
Iddah ?
3. Bagaimana hukum
Idddah ?
C. Tujuan Penelitian
Memahami dan mengerti betul apa pengertian Iddah,
Fungsi, dan Hikmanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN IDDAH
Iddah berasal dari kata Adad yang
artinya menghitung maksudnya adalah perempuan menghitung hari-harinya dan masa
bersihnya.
Menurut istilah yaitu lamanya
perempuan (Istri) menunggu tidak boleh kawin setelah kematian suaminya atau
setelah berpisah dengan suaminya.
Iddah sudah di kenal juga pada
zaman jahiliyah mereka hampir tidak pernah meninggalkan kebiasaan iddah tatkala
islam datang kebiasaan itu di akui dan tetap di jalankan karena ada beberapa
kemaslahatan di dalamnya. Para ulma’ bersepakat bahwa iddah itu wajib hukumnya.
Karena Allah berfirman:
والمطلقات يتربصن بأنفسهن ثلاثه قروء........ (البقرة :
228)
Artinya: “ wanita yang di tholak hendaknya menahan
diri menunggu (tiga kali kuru’)”…. (al-Baqoroh [2]: 228)[1].
NAbi Muhammad bersabda kepada
Fatimah binti Qais:
وقوله صلى الله عليه وسلم لفاطنة بنت قيش : إعتدي في بيت
ابن أم مكتوم
Artinya: “Beriddahlah kamu di
rumah Ibnu ummi maktum”….[2]
B. MACAM-MACAM DAN HUKUM
IDDAH
1. Iddah Talak
Iddah talak adalah terjadi karena perceraian,
perempuan yang berada dalam iddah talak antara lain:
a. Perempuan yang telah
di campuri dan ia belum putus dalam masa haid. Iddahnya 3 kali suci (3 kali
haid atau 3 kali Quru’).
Firman Allah SWT:
وَالْمُطَلَّقَاتُ
يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاثَةَ قُرُوءٍ وَلا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ
يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَلِكَ إِنْ
أَرَادُوا إِصْلاحًا وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (البقرة : 228)
Artinya
: “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru.
Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya,
jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki
ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”[3].
Mengenai quru’ para
ulama’ fiqih berpendapat berbeda-beda:
1. Fuqaha berpendapat
bahwa quru’ itu artinya suci yaitu masa diantara haid.
2. Fuqaha lain
berpendapat bahwa quru’ itu haid, terdiri dari Imam Abu Hanifah, Ats-tsauri
Al-Auzali, Ibnu Abi Laila. Alasanya adalah untuk mengetahui kolongnya rahim,
tidak hamil bagi wanita yang di talak, sedangkan kekosongan rahim hanya di
ketahui dengan haid.
3. Fuqaha Anshor
berpendapat bahwa quru’ adalah suci terdiri dari Imam Mahit dan Syaf i’.
alasanya adalah menjadi pedoman bagi kosongnya rahim dimana masa suci pada haid
bukan bukan berarti berpegang pada haid terakhir maka tiga yang di syaratkan
harus lengkap masa suci diantara 2 haid.
Nabi SAW bersabda :
مرة فليراجعها حتى يحيض شمّ تطهر ثحيض حتى تطهر شمّ
يطلقها
ان شآء
قبل ان يمسّها
Artinya : “ suruhlah dia, hendaklah ia merujuk
istrinya sehinggah ia haid, kemudian suci kemudian haid lagi kemudian
menceraikanya juka mau sebelum ia menyentuhnya. Demikian itulah iddah yang
diperintahkan oleh Alloh SWT untuk menceraikan istri[4]”
b. Perempuan yang
dicampuri dan tidak haid baik ia perempuan belum balig atau perempuan tua yang
tidak haid, maka iddahnya untuk 3 bulan menurut penggalan, jika tertalak dapat
bertemu pada permulaan bulan
والىء يئسن من المحيضى من نسائكم ان ارتبتم فعرّتهن ثلثة
اشهر واّلئ لم يحض (الطلاق :4)
Artinya : “ Dan (pr) yang putus asa dari haid diantara
(pr) jika kamu ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka untuk tiga bulan,
dan begitu pula (pr) yang tidak haid.” (Q.S. At Talak : 28 :4) [5]
c. Perempuan-perempuan
yang tertalak dan belum di setubuhi, perempuan ini, tidak ada iddahnya.
Firman Allah SWT :
ياايهاالذين امنوااذانكحتم المؤمنت ثمّ طلقتموهنّ من قبل
ان لاتمسوهنّ فما لكم عليهنّ من عرة تعتر ونها (لللاحزاب :94)
Artinya : ‘’Hai orang-orang yang beriman apabila kamu
menikahi perempuan@ yang beriman, kemudian k-moe ceraikan mereka sebelum kamu
mencampurinya maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah bagimoe yang kamu
minta menyempurnakanya (Q.S Al Ahzab (22):49)
Jika perempuan belum
pernah di setubuhi dan di tinggal mati maka iddahnya seperti iddahnya orang
i’lah di setubuhi’’[6]
Firman Alloh SWT :
والذين يتوفّون منكم ويذرون ازوجا يتربصن بانفسهنّ اربعة
اثهر وعشرا
Artinya : “ orang-orang yang meniggal dunia diantaramu
dengan meninggalkan istri-istri (hendaknya para istri itu) menangguhkan dirinya
(عدة) untuk 4
bulan 10 hari” (Q.S. Al-Baqoroh 2 : 234)[7]
2. Iddah Hamil
Yaitu iddah yang
terjadi apabila perempuan-perempuan yang diceraikan itu sedang hamil, iddahnya
samapai melahirkan.
Firman Alloh SWT :
واولت للأجمال اجملهن ان يضعن حملهنّ ومن يتق الله يجعل
له من امره يسرا (الطلاق :4)
Artinya :“ dan (pr yang hamil waktu iddah mereka itu
ialah sampai mereka melahirkan kandunganya . dan barang siapa yang bertaqwa
kepada Alloh niscaya Alloh menjadikan baginya kemudian dalam urusnya”. (Q.S.
At-talaq 28 : 4)[8]
Contoh :
Apabila ia hamil
dengan anak kembar maka iddahnya belum habis sebelum anak kembarnya lahir semua
jika (pr) itu keguguran maka iddahnya ialah: sesudah melahikan baik baginya
hidup, mati, sempurna badanya / cacat, ruhya telah ditiup /belum.
3. Iddah Wafat
Adalah: Iddah yang
terjadi apabila seseorang (perempuan) di tinggal mati suaminya.iddahnya selama
4 bulan 10 hari.
Firman Allah SWT :
وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ
أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا (البقرة : 234)
Artinya : “Orang-orang yang meninggal dunia di
antaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu)
menangguhkan dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari”. (Q.S. Al-Baqoroh:
234)[9]
4. Iddah wanita yang kehilangan suami.
Seseorang perempuan
yang kehilangan suaminya (tidak di ketahui keberadaan suami, apakah dia telah
mati atau hidup) maka wajiblah di menunggu selama 4 tahun lamanya sesudah itu hendaknya
dia beriddah bulan 10 hari.
عن عمر رضي الله عنه
قال : أيما امرأة فقدت زوجها لم ندر أين هو فإنها تنتظر أربعة سنين ثم تعتد أربعة
أشهر وعشرا ثم تحل.
Artinya: “ Dari Umar
R.A berkata: bagi perempuan yang kehilangan suaminya dan ia tidak mengetahui
dimana ia berada sesungguhnya perempuan itu wajib menunggu 4 tahun, kemudian
hendaknya ia beriddah 4 bulan 10 hari barulah ia boleh menikah. (H.R Malik)[10].
5. Iddah perempuan yang
di Ila’
Bagi perempuan yang
di ila’ timbul perbedaan pendapat apakah ia harus menjalani iddah atau tidak.
a. Jumhur Fuqoha’
mengatakan bahwa ia harus menjalani Iddah.
b. Zabir bib Zaid
berpendapat bahwa ia tidak wajib iddah.
Perbedaan pendapat
ini di sebabkan iddah itu menghabungkan antara iddah dan maslahat bersama-sama.
Oleh karena itu bagi fuqoha’ yang lebih memperhatikan segi kemaslahatan, mereka
tidak memandang perlu adanya iddah, sedangkan fuqoha’ yang lebih mempewrhatikan
segi ibadah maka mereka mewajibkan iddah atasnya.
C. KEDUDUKAN HUKUM IDDAH
Apabila iddahnya adalah iddah tala’ maka suami berhak
merujuk kembali. Akan tetapi, apabila ia hendak menikah dengan laki-laki lain,
maka ia harus menunggu sampai iddahnya habis.
D.HAK DAN KEWAJIBAN
SUAMI ISTRI DALAM MASA IDDAH
Fuqoha’ telah sepakat dalam masa iddah tala’ roj’I
berhak mendapat nafka dan tempat tinggal. Istri-istri yang di talak dalam
keadaan hamil masih berhak mendapat nafkah dan tempat tinggal.
Firman Allah SWT:
أَسْكِنُوهُنَّ
مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ وَلا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا
عَلَيْهِنَّ وَإِنْ كُنَّ أُولاتِ حَمْلٍ فَأَنْفِقُوا عَلَيْهِنَّ حَتَّى
يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ (الطلاق : 6)
Artinya : “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana
kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang
sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga
mereka bersalin” (Q.S. At-Thalaq :6)[11]
E. PERSELISIHAN PENDAPAT FUQOHA’ BAGI ISTRI YANG DI TALAK
BA’IN TIDAK DALAM KEADAAN HAMIL.
NO
|
ULAMA’
|
TEMPAT TINGGAL
|
NAFKAH
|
1
|
Kufah
|
Boleh
|
Boleh
|
2
|
Imam Ahmad, Daud,
Abu, Saur, Ishaq |
Tidak boleh
|
Tidak boleh
|
3
|
Syafi’i
|
Boleh
|
Tidak boleh
|
4
|
Imam Abu Anifah
|
Boleh
|
Tidak boleh
|
أن رسول الله ص.م. قال: إنما السكن والنفقة لمن زوجها
Artinya :
”sesungguhnya rosululloh bersabda tempat tinggal dan nafkah hanyalah bagi istri
yang dapat di ruju’ oleh suaminya” (Al-Hadist)[12]
F. KELUAR RUMAH BAGI ISTRI YANG BERIDDAH
para ahli fiqih
berpendapat tentang hukum perempuan keluar rumah dlam masa iddah sebagai
berikut
No
|
ULAMA’
|
SIANG
|
MALAM
|
1
|
Hambali
|
Boleh
|
Tidak Boleh
|
2
|
Hanafi
|
Tidak Boleh
|
Tidak Boleh
|
عن جبر عبدالله رضي
الله عنهما قا ل : طلقت حالتى, فااردت ان تجرنخلها فرجرها ان تخرج فات النبى صلى
الله عليه وسلم فقل : بال فجري نخالك,فاءنك عسى ان تقى اوتفعلى معرّوفا
Artinya : " jabir bin Abdullah R.A berkata
'Bibiku dicerai ole suaminya lalu ia ingin memetik buah kurmanya tapi dia
dilarang oleh seorang laki-laki agar tidak keluar rumah. Bibiku kemudian datang
kepada rosul untuk menanyakan hal itu beliau menjawabnya : Ia, boleh. Petiklah
buah kurmamu semoga kamu bisa bersedekah atau berbuat kebaikan"[13].
BAB III
PERBEDAAN PARA ULAMA
SEBAGAI BERIKUT
No
|
SYAFI'I
|
MALIKI
|
HAMBALI
|
HANAFI
|
1
|
Dianggap belum
keluar dari iddah walaupun ia sudah melahirkan
|
Telah keluar dari
iddah walaupun bayi yang keluar berbentuk embrio
|
Dianggap belum
keluar dari iddah walaupun sudah melahirkan
|
Dianggap belum
keluar dari iddah walaupun sudah melahirkan
|
2
|
4 Tahun
|
5 Tahun
|
4 Tahun
|
2 Tahun
|
3
|
Tidak mewajibkan
wanita itu untuk tidak bersholek ketika menjalani iddah wafatnya
|
Tidak mewajibkan
wanita itu untuk tidak bersholek menjalani iddah wafatnya.
|
Tidak mewajibka
wanita itu untuk tidak bersholek ketika menjalani iddah wafatnya
|
Tidak ada iddah
bagi wanita yang bukan muslimah yang bersuami non muslim.
|
4
|
Boleh mengawini
saudara perempuan bekas istrinya sebelum berakhir masa iddahnya adalah talak
Bain
|
Boleh mengawini
saudara perempuan bekas istrinya sebelum berakhir masa iddahnya adalah talak
Bain
|
Tidak boleh
melakukan perkawinan terhadap saudara perempuan (istri) atau kawin lagi
sesudah wanita yang ditalaknya itu menyelesaikan masa iddahnya baik talak
Raji' msupun talak ba'in
|
|
5
|
Wanita tersebut
tidak berhak atas waris sekalipun suaminya meninggal ketika dia masih
menjalani iddah seperti wanita yang di talak bain dalam keadaan sehat
|
Wanita itu tetap
berhak atas waris sekalipun ia telah bersuami.
|
Berhak atas waris
itu selama wanita tersebut belum bersuami lagi meskipun sudah keluar iddahnya
dan waktu berjalannya lama.
|
Wanita tersebut
berhak atas warkis selama masih dalam keadaan iddah dan suaminya berusaha
mengindarkan diri dari pewarisan istri dan talak itu dijatuhkan tidak
berdasarkan persetujuan istri.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Iddah menurut
istilah adalah lamanya (pr) menungguh dan tidak ble menikah
setelah kematian
suami atau setelah bercerai dengan suami.
2. Macam-macam iddah
yaitu : iddah talak, iddah hamil, iddah wafat, iddah
wanita kehilangan
suami, iddah(pr) yang di ila'
3. Kedudukan hukum :
a. Talak raji' berhak
mendapatkan nafkah dan tempat tinggal
b. Talak bain adalah
suami tidak berhak merujuk kembali.
B.Hikmah
1. Untuk mengetahui
bersihnya rahim seorang (pr), sehinggah tidak tercampur
antara keturunan
seorang yang lain
2. Memberi kesempatan
kepada suami istri yang berpisah untuk kembali
kepada kehidupan
semula, jika mereka menganggap hal tersebut baik.
4. Kebaikan perkawinan
tidak dapat terwujud sebelum kedua suami istri sama-sama hidup lama dalam
ikatan akadnya.
C. Saran
Harapan kami semoga dengan
selesainya makalah ini dapat memenuhi kebutuhan materi bacaan, terutama bagi
para mahasiswa PBA, namun tidak menutup kemungkinan makalah ini bisa sesempurna
mungkin, maka dari itu kritik dan saran dari para pembaca kami harapkan
terutama dari Bapak dosen pengampuh.
DAFTAR PUSTAKA
Mughniyah, Muhammad Jawad.2006,
Fiqih lima mazhab. Jakarta : Lentera.
Sabiq, sayyid. 2007. Fiqih sunnah
jilid tiga. Jakarta : Pena pundi aksara.
Abidin, slamet.. Fiqih munakahat,
Bandung 2003: PT. Hidayatullah
Al-Quran dan terjemahan Depag RI,
2005
[2] Abidin, slamet Kumpulan hadits Bukhari Muslim dan
terjemahan. Al- Munakahat Bab Iddah, Hal 158 PT Hidayatullah, Bandung, 2003.
[4] Abidin, slamet Kumpulan hadits Bukhari Muslim dan
terjemahan. Al- Munakahat Bab Iddah, Hal 161 PT Hidayatullah, Bandung, 2003
[10] Abidin, slamet Kumpulan hadits Bukhari Muslim dan
terjemahan. Al- Munakahat Bab Iddah, Hal 155 PT Hidayatullah, Bandung, 2003.
[12] Abidin, slamet Kumpulan hadits Bukhari Muslim dan
terjemahan. Al- Munakahat Bab ruju’, Hal 163 PT Hidayatullah, Bandung, 2003
[13] Abidin, slamet Kumpulan hadits Bukhari Muslim dan
terjemahan. Al- Munakahat Bab Talak, Hal 155 PT Hidayatullah, Bandung, 2003.
0 Response to "Makalah Tentang Iddah"
Post a Comment